PEREKONOMIAN INDONESIA KETIKA PENDUDUKAN JEPANG (1942-1945) DAN REVOLUSI 1950
Masa
 pendudukan Jepang merupakan periode yang penting dalam sejarah bangsa 
Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia ditujukan untuk mewujudkan 
Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, 
Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. 
Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Desember 1941. Gerakan invasi 
militer Jepang cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Pada bulan 
Januari-Februari 1942, Jepang menduduki Filipina, Tarakan (Kalimantan 
Timur), Balikpapan, Pontianak, dan Samarinda. Pada tanggal 1 Maret 1942 
Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk Banten, di Eretan (Jawa 
Barat), dan di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 1942 kota 
Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 
Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.
Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua hal, yaitu:
1. Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. Memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
1. Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. Memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
A.    Kebijakan Ekonomi Pemerintahan Jepang
Dalam menjalankan kebijakan pemerintahannya, pemerintah Jepang berpegang pada tiga prinsip utama. Pertama, mengusahakan agar mendapat dukungan rakyat untuk memenangkan perang dan mempertahankan ketertiban umum. Kedua, memanfaatkan sebanyak mungkin struktur pemerintahan yang sudah ada. Ketiga,
 meletakkan dasar supaya wilayah yang bersangkutan dapat memenuhi 
kebutuhannya sendiri bagi wilayah selatan. Kebijaksanaan Jepang terhadap
 rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas, yaitu menghapus 
pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia dan memobilisasi 
rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. 
B.     Romusha
Karena
 daerah pendudukan sangat luas maka, Jepang memerlukan tenaga yang 
banyak untuk membangun sarana pertahanan. Tenaga untuk mengerjakan semua
 itu, diperoleh dari desa-desa di Jawa yang padat penduduknya melalui 
suatu sistem kerja paksa yang dikenal dengan Romusha. Kurang lebih 70.000 orang dalam kondisi menyedihkan dan berakhir dengan kematian.
Kebijaksanaan yang dilakukan Jepang bidang ekonomi di Jawa adalah : 
1). Peningkatan produksi padi
Keadaan
 beras di Jawa tahun 1942 sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu 
produksi padi perlu ditingkatkan. Dalam rangka itu Jepang merencanakan 
penambahan areal tanah. Cara menambah areal tanah ini adalah pertama dengan dengan membuka tanah baru terutama bekas perkebunan tanah lainya yang belum pernah ditanami. Kedua disamping itu Jepang yang memeperkenalkan teknik penanamam padi yang baru,
2). Wajib serah padi
Pada
 masa pendudukan Jepang, Jawa ditetapkan sebagai pemasok beras 
pulau-pulau diluar Jawa serta untuk keperluan medan pertempuran di medan
 pertempuran di pasifik selatan. Beras didatangkan dari Jawa semakin 
memiliki arti yang sangat penting karena semasa perang membutuhkan 
kebutuhan bahan makanan banyak. Oleh karena itu, Jepang berkeinginan 
untuk memperolah beras dari Jawa sehingga kebijakan mereka ditujukan 
untuk  memaksimalkan produksi dan pengumpulan beras.
C. Hal-hal yang Diberlakukan dalam Sistem Pengaturan Ekonomi Pemerintah Jepang 
1).Kegiatan
 ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber 
daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin
 perang. 
2).Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. 
3).Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang). 
D.    Perubahan Ekonomi Masyarakat Jawa
Berbagi
 kebijakan ekonomi Jepang di Jawa tentu ada kaitannya dengan perubahan 
ekonomi masyarakat Jawa tahun 1942-1945. Bentuk kebijakan ekonomi Jepang
 di Jawa yang berakibat pada perubahan ekonomi masyarakat secara 
mendasar ialah diberlakukannya politik penyerahan padi secara paksa 
untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan yang semakin meningkat bagi 
tentara Jepang di front-front pertempuran. 
E.     Usaha Jepang dalam Menguasai dan Mendapatkan Sumber-Sumber Bahan Mentah
Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber bahan
mentah untuk industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap :
mentah untuk industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap :
a.       Tahap penguasaan, yakni menguasai seluruh kekayaan alam termasuk kekayaan milik pemerintah Hindia Belanda.
b.      Tahap penyusunan kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perang.
kebutuhan perang.
F.                 Koperasi pada Masa Pendudukan Jepang
Pada
 masa pendudukan bala tentara Jepang istilah koperasi lebih dikenal 
menjadi istilah Kumiai. Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia 
menetapkan bahwa semua Badan-badan Pemerintahan dan kekuasaan hukum 
serta Undang-undang dari Pemerintah yang terdahulu tetap diakui 
sementara waktu, asal saja tidak bertentangan dengan Peraturan 
Pemerintah Militer. Berdasarkan atas ketentuan tersebut, maka Peraturan 
Perkoperasian tahun 1927 masih tetap berlaku. Akan tetapi berdasarkan 
Undang-undang No. 23 dari Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia 
mengatur tentang pendirian perkumpulan dan penyelenggaraan persidangan. 
Sebagai akibat daripada peraturan tersebut , maka jikalau masyarakat 
ingin mendirikan suatu perkumpulan koperasi harus mendapat izin Residen.
 Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka di beberapa daerah banyak 
koperasi lama yang harus menghentikan usahanya dan tidak boleh bekerja 
lagi sebelum mendapat izin baru dari Scuchokan. 
G.                Peralihan dari Perekonomian Jepang ke Perekonomian Revolusi
Pada
 akhir masa kedudukan Jepang dan awal kemerdekaan, perekonomian 
Indonesia mengalami kelumpuhan karena beberapa faktor yang terjadi 
sebelumnya, diantaranya adalah: 
a. Pengurasan berbagai kekayaan alam dan hasil bumi oleh pemerintah pendudukan Belanda dan Jepang;
b. Tenaga kerja usia produktif dijadikan romusha oleh Jepang
e. Hiper Inflasi akibat peredaran mata uang Jepang yang kosong
f. Pajak-pajak dan bea masuk yang menjadi andalan turun drastis, sementara pengeluaran pemerintah bertambah besar.
g. Kedatangan Belanda dengan NICA. Belanda melakukan blockade laut.
F. ORI
Sebuah tim yang terdiri
 atas anggota serikat buruh percetakan G. Kolf di Jakarta untuk 
melakukan peninjauan  ke Surabaya, Malang, Solo dan Yogyakarta untuk 
menentukan percetakan terbaik untuk memperoleh kepercayaan melaksanakan 
pencetakan uang itu.  Pembuatan design dan bahan-bahan berupa negatif kaca dilakukan di percetakan Balai Pustaka Jakarta dan ditangani Bunyamin Surjoharjo. Pelukis pertama ORI adalah Abdulsalam dan Soerono. Proses cetak offset dilakukan di percetakan RI Salemba Jakarta (di bawah Kementrian Penerangan). Produksi ORI ditangani oleh RAS Winarno dan Joenet Ramli. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar